Di
suatu sore di teras rumahku, kau pernah bilang, dan akupun menyetujui.
"Kita sama-sama sulit mendapatkan yang kita inginkan..."
Kau
beranalogi,
Itu
seperti ketika...
Aku
menyukai sepasang sepatu yang kulihat di sebuah toko. Sepatu coklat berbahan
kulit dengan hak kayu 5cm.
Pertama
kali melihat, sinyal untuk memiliki begitu kuat, namun kesanggupan finansial
ternyata belum siap. Tanggal 25 belum mendekat.
Kuurungkan
niatku. Sepatu itu hanya mampu ku tatap penuh harap.
Sesampainya
di rumah, sepatu itu pun terus mencuri perhatian setiap waktu, sampai
mengganggu tidurku.
Tak
bisa ditawar lagi, sepatu itu harus kumiliki!
Semua
daya upaya kukerahkan untuk mendapatkannya. Aku siap memiliki sepatu yang
kuidamkan. Yang paling ku inginkan. Yang menyita waktu dan perhatian.
Aku
kembali datang ke toko itu. Namun seketika kecewa. Sepatu itu sudah tidak ada.
'Sudah laku' kata penjualnya.
Namun
aku tetap ingin itu, yang seperti itu. Sama bentuk, rupa, material dan bahannya.
Semuanya harus sama.
Aku
mencari, terus mencari.
Kemudian
akhirnya mendapat yang ku inginkan.
Sepatu
coklat berbahan kulit dengan hak kayu 5cm.
Namun
di toko yang berbeda.
Itu
bukan sepatu yang pertama kali ku lihat. Sama bentuk, rupa, material dan
bahannya. Tapi berbeda.
Apa
aku benar-benar mendapatkan yang aku inginkan? Tidak sepenuhnya.
"Kita sama-sama sulit mendapatkan yang kita inginkan. Butuh usaha
berkali-kali lipat dibanding kebanyakan orang. Walau pada akhirnya dapat, tidak
selalu persis sama. Bisa mirip atau sama sekali berbeda."
"Sama sepertimu. Aku ingin kamu, begitu pun sebaliknya. Percayalah,
pada akhirnya kita akan mendapatkan yang kita inginkan. Tidak pasti sama, tidak
harus sama. Mungkin kau akhirnya mendapatkan yang sepertiku. Sama sepertiku.
Tapi mungkin bukan aku."
No comments:
Post a Comment
Comment please! :)