Saturday, October 20, 2012

Sama namun berbeda


Di suatu sore di teras rumahku, kau pernah bilang, dan akupun menyetujui.
"Kita sama-sama sulit mendapatkan yang kita inginkan..."

Kau beranalogi,

Itu seperti ketika...
Aku menyukai sepasang sepatu yang kulihat di sebuah toko. Sepatu coklat berbahan kulit dengan hak kayu 5cm.
Pertama kali melihat, sinyal untuk memiliki begitu kuat, namun kesanggupan finansial ternyata belum siap. Tanggal 25 belum mendekat.
Kuurungkan niatku. Sepatu itu hanya mampu ku tatap penuh harap.

Sesampainya di rumah, sepatu itu pun terus mencuri perhatian setiap waktu, sampai mengganggu tidurku.

Tak bisa ditawar lagi, sepatu itu harus kumiliki!

Semua daya upaya kukerahkan untuk mendapatkannya. Aku siap memiliki sepatu yang kuidamkan. Yang paling ku inginkan. Yang menyita waktu dan perhatian.

Aku kembali datang ke toko itu. Namun seketika kecewa. Sepatu itu sudah tidak ada. 'Sudah laku' kata penjualnya.
Namun aku tetap ingin itu, yang seperti itu. Sama bentuk, rupa, material dan bahannya.
 Semuanya harus sama.

Aku mencari, terus mencari.
Kemudian akhirnya mendapat yang ku inginkan.
Sepatu coklat berbahan kulit dengan hak kayu 5cm.
Namun di toko yang berbeda.

Itu bukan sepatu yang pertama kali ku lihat. Sama bentuk, rupa, material dan bahannya. Tapi berbeda.

Apa aku benar-benar mendapatkan yang aku inginkan? Tidak sepenuhnya.


"Kita sama-sama sulit mendapatkan yang kita inginkan. Butuh usaha berkali-kali lipat dibanding kebanyakan orang. Walau pada akhirnya dapat, tidak selalu persis sama. Bisa mirip atau sama sekali berbeda."

"Sama sepertimu. Aku ingin kamu, begitu pun sebaliknya. Percayalah, pada akhirnya kita akan mendapatkan yang kita inginkan. Tidak pasti sama, tidak harus sama. Mungkin kau akhirnya mendapatkan yang sepertiku. Sama sepertiku. Tapi mungkin bukan aku."

No comments:

Post a Comment

Comment please! :)