Sunday, October 2, 2011

Stop believe what you see. Start analize.

Stop believe what you see. Start analize.

Gue pernah nge-twit kalimat ini. Gue gak ngarang sendiri, tapi gue gak inget baca dari mana.
And I do believe with that sentence. Kebanyakan orang saat ini (which means gak semua) langsung menelan mentah-mentah apa yang dia lihat. Langsung saja memercayainya tanpa menganalisa terlebih dahulu.
Tampaknya memang pilihan untuk langsung menerima bulat-bulat semua informasi yang beredar lebih mudah ketimbang mesti repot-repot berpikir.
Tahu sendiri kan, zaman sekarang semua orang suka yang instan. Gak pakai repot.

Gue sendiri sebenarnya juga termasuk tipe yang ini, yang gue sebutin di atas tadi.
Bedanya, gue percaya bukan karena gue malas berpikir. Gila aja kalau mikir aja gue males, terus otak ini buat apa coba kalau bukan buat mikir, ya gak?
Itu semua lebih disebabkan gue termasuk orang yang mudah percaya, sedikit. Gue gak terlalu yakin juga sih kalau gue orangnya gampang percayaan, makanya gue masih nulis pembelaan barusan.
Gue orang yang ‘sedikit’ mudah percaya sama orang. Tapi bukan berarti gue mudah ditipu. Kalau dipikir-pikir kalimat gue barusan itu kontradiktif ya?

Back to main topic, gue mau kasih contoh simpel aja. Seperti kasus Nazarudin kemarin.
Gue termasuk orang yang termakan kata-kata Nazarudin sewaktu masih di luar negeri. Tiba-tiba gue percaya kalau ketua partai berinisial A itu persis seperti yang dikatakan Nazarudin. Dan anggota keluarga gue pun kompak ikutan percaya.
Mungkin karena satu gen kali ya, jadi sifat di keluarga gue kurang lebih sama lah.
Padahal sampai sekarang pun, ucapan Nazarudin itu belum ada yang bisa dibuktikan. See? Gue gampang percaya kan? Tepatnya sih gue bukan percaya pada apa yang dikatakan Nazarudin, tapi oleh kata-kata yang diucapkan oleh para pengamat politik yang sekarang makin bebas menyampaikan pikirannya di media.
Wuih, mantep ya media sekarang. Mau ngomong apa aja bebas.
Kebebasan media berkomentar ini yang punya pengaruh besar buat orang-orang seperti gue.
Belum lagi makin marak acara semacam talkshow antara para wakil rakyat dengan perkumpulan pengacara. Pasti pada tau lah acara ini. Gue termasuk orang yang mengikuti acara ini sebelumnya.
Seru sih awalnya, tapi kok lama-lama nonton acara ini jadi boring juga. Sang wakil rakyat terus saja memberi pembelaan, yang kadang suka tidak masuk akal.
Sementara sisi pengacara selalu mencari celah untuk membuat sang wakil rakyat skak-mat. Intinya sih, salah-salahan. Masing-masing pihak mencari mana yang salah.
Loh? Terus penyelesaiannya mana? Mereka kan orang-orang yang ‘cukup’ ahli dibidangnya. Masyarakat gak butuh adu bacot kalian. Kita butuh solusi. Period.

Well, kalau gue analisa sih. Gue termasuk mudah percaya terhadap sesuatu kalau gue tidak begitu paham dengan bidang tersebut. Beda jika gue diberi pendapat tentang sesuatu yang bidangnya gue kuasai, gue akan mempertahankan mati-matian apa yang gue percaya sebelumnya sejauh gue punya dasar terpercaya yang bisa dijadikan tumpuan argumen gue.
Dan pada contoh yang gue sebutkan di atas; yaitu politik, jelas gue gak punya dasar apapun tentang politik. Sama sekali buta. Sama seperti masyarakat biasa di luar sana yang mudah percaya terhadap berita-berita yang beredar.
Kita tidak tahu mana yang benar mana yang salah. Mana yang bisa dipercaya mana yang tidak.

But hey! Sekarang masyarakat sudah pintar kok. Jauh lebih pintar.
Di awal tulisan ini gue bilang banyak yang masih suka menelan mentah-mentah apa yang mereke lihat dan dengar. Tetapi orang yang tidak langsung percaya dan menganalisa terlebih dahulu informasi yang diterimanya itu jauh lebih banyak!
Sama seperti dengan membaca tulisan ini, harus dianalisa terlebih dahulu benar atau tidaknya. Jangan langsung percaya ya. J

Salam,


Ps: Aduh gue rasa keyboard gue jalan sendiri. Kalau kata-kata gue ada yg salah maap-maap aja ya. And so sorry this post i made in bahasa. Muahaaahaa :p

No comments:

Post a Comment

Comment please! :)