Saturday, December 12, 2015

Confession

I have to admit that I don't have a good verbal comunication skills.

Lucunya, pekerjaan saya saat ini menuntut saya untuk menguasai ilmu berkomunikasi yang sangat baik. Lebih jauh, tidak hanya berkomunikasi, saya pun harus dapat menganalisis karakter seseorang, menggali informasi lebih dalam, memengaruhi, membina hubungan baik, namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.

Terdengar rumit, ya?
Hehe, ngga juga. Sepertinya hampir seluruh industri saat ini menganut prinsip demikian, terlebih dalam bidang jasa seperti perbankan.

Bukan, saya bukan ingin membahas mengenai perbankan atau perekonomian saat ini.

Poinnya adalah walaupun kemampuan berkomunikasi saya semakin meningkat, khususnya dalam bidang pekerjaan yang saya geluti, saya tetap merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaan, ide, atau pemikiran secara verbal.

Ya, pada dasarnya saya dulu sangat pemalu, yang seiring waktu kian berubah menjadi malu-maluin. :(

Tapi jauh di lubuk hati, saya tetap memiliki jiwa introvert yang kadang muncul pada saat tertentu.

Yes, i am an extrovert introvert at the same time.

Saya lebih mudah mengutarakan maksud, pemikiran, dan perasaan lewat tulisan. Lebih mudah, lancar, luwes, serta jujur. Eh, bukan berarti secara verbal tidak jujur ya. Tapi kemampuan saya mengutarakan, mendeskripsikan, menjelaskan maksud via tulisan jauh lebih baik dibanding mengutarakan langsung.

Jadi, tidak semua orang bisa memahami karakter saya yang (menurut saya) unik ini. Tapi ternyata ada loh. Hebat ya. Jadi terharu. :')

Dear, i know that we know we are struggling this time to reach our goal for our plan. I understand and realize that it's not easy and takes time. I fully understand and I hope others too.

Semoga kita selalu dalam keberkahan, ridho, dan lindungan Allah, istiqomah dalam berhasanah, diberi kemampuan, kekuatan, dan kemudahan untuk mencapai tujuan.
Aamiin.

That's all and i love you, Fajar.

Monday, May 11, 2015

Saturday, April 25, 2015

Grateful

We always search many way to complain about life.

But we always have more reason to be grateful.


Happy saturday!

Saturday, October 25, 2014

Mungkin Saja (Cinta)

Sometime hidup itu life, kata @komikazer di Instagram.

Tapi saat ini saya tidak akan membicarakan tentang komik atau instagram. Kali ini, mari kita berbicara tentang hal yang serius. Let's talk about love.
Iya, masalah cinta ini emang masalah serius. Emang kamu ga mau diseriusin?

Eh kamu yang disebelah kiri, jangan tiba-tiba inget mantan dulu ya. We remain on the topic above. Kita akan memasuki zona bebas mantan. Sorry to say, guys.

Selama ini saya penasaran tentang sampai seberapakah seseorang merasa cukup dalam kemungkinan untuk bertemu dan menemukan partner untuk melanjutkan hidup. Yes, i know. Manusia tidak akan merasa cukup dan puas. Tapi tentu akan berada dalam satu titik untuk bertemu dengan orang yang tepat yang kamu yakin akan melanjutkan hidup bersamanya. Saya sering bertanya hal ini dengan teman yang sudah menikah, and yes, jawabannya pasti berbeda-beda dan tidak bisa saya simpulkan. Sebenarnya sih saya sudah tahu jawabannya. Pertanyaan ini akan terjawab kalau sudah pernah merasakan dan menjalaninya, yaitu dengan menikah.

Berhubung saya belum pernah, saya tetap penasaran tentu saja.

Menurut saya, tanpa disadari atau tidak kita memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta. Maksud saya, kita sendiri yang memutuskan untuk 'jatuh' atau tidak. Ketika akhirnya kita mencintai seseorang yang mungkin sebelumnya tidak kita 'kira', berarti telah terjadi penerimaan yang memutuskan untuk memilih 'jatuh'.

Sampai suatu ketika, i need to know how to define whether i'm in love or not. Kriteria pertama, biasanya saya mendefinisikan cinta sebagai keberadaan kupu-kupu yang berada dalam perut (butterfly in your stomach, know about that phrase?) saat saya berinteraksi dengan seseorang. Sesimpel itu. Jika saya tidak merasakan itu, i can easily define that i'm not in love. Namun belakangan, ternyata keyakinan itu tidak selamanya benar. I think, butterfly in stomach menunjukkan bahwa kita memiliki ketertarikan terhadap orang tersebut, walau dapat menjadi salah satu indikator namun tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai cinta. Ketertarikan itu dapat bermacam-macam, bisa secara fisik, personality, kesamaan hobi, dan lain sebagainya. Atau mungkin, bisa saja itu bukan kupu-kupu, mungkin sulit membedakan dengan mules atau lapar? Siapa tahu.

Kriteria kedua (i tried to make it sound a bit scientific discussion) adalah rasa nyaman. Tidak, kita tidak sedang membicarakan sofa atau kasur yang bisa membuat kita nyaman (by the way, udah pada ke IKEA Alam Sutera, guys? #kode). Selain sofa atau kasur, orang yang tepat juga bisa membuat kita merasa nyaman. Ini sulit dijabarkan sebenarnya, hanya dapat dirasakan. Biasanya kenyamanan dapat dikaitkan dengan kecocokan dalam pemikiran atau percakapan, kesamaan pandangan tentang suatu/banyak hal, dan keyakinan akan rasa aman yang diharapkan pada seseorang. Tetapi rasa nyaman juga bisa kita rasakan pada teman atau sahabat (selain keluarga tentunya). Jadi meskipun merupakan faktor penting, namun bukanlah faktor penentu.

Kriteria ketiga, kesamaan sense of humor. Adakah yang juga mempertimbangkan hal ini selain saya? To find someone who laughs at the same things you do.




Mengambil kutipan om Piring @newsplatter on his account at ask.fm (@manampiring) pentingnya sense of humor dalam memilih pasangan ini penting namun tidak sering dibahas. Akan tetapi menurut @newsplatter lagi menanggapi pertanyaan, "If you and your wife have different taste of humour, how can be both of you fit together?" and his answer is "Because a relationship is more than just a comedy show?". 

Ribet ya. Yah namanya juga pemikiran yang disalurkan dalam tulisan. Aslinya mah lebih ribet dari ini. Tapi ini kan cuma teori asal yang saya buat sendiri. Kenyataannya mungkin lebih simpel, atau jauh lebih rumit. Pusing lah. Lebih baik kita saling mencari dan menemukan.


Bukan begitu, Pak?

Saturday, October 19, 2013

English, please?

It's quite funny to remember that i ever had writing this blog in english. You may think where does the funny thing is. Couple years ago when i'm still in diploma college, i got the second higher for TOEFL score for graduation (as i remember). :p and it's been two years from my graduation, my english is getting worse. :(

I've try to make a post in english but it's quite hard now. And as you may have noticed, you may find a lot of mistakes in the writing in this post.

CMIIW, yes? ;;)